Peristiwa Terbunuhnya Amirul Mukminin ALI BIN ABI THALIB (Penulis: al-Imam al-Hafizh IBNU KATSIR)

Amirul Mukminin menghadapi masalah yang berat, kondisi negara saat itu tidak stabil, pasukan beliau di Iraq dan di daerah lainnya membangkang perintah beliau, mereka menarik diri dari pasukan. Kondisi di wilayah Syam juga semakin memburuk. Penduduk Syam tercerai berai ke utara dan selatan. Setelah peristiwa tahkim penduduk Syam menyebut Mu’awiyah sebagai amir. Seiring bertambahnya kekuatan penduduk Syam semakin lemah pula kedudukan penduduk Iraq. Padahal amir mereka adalah Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. sebaik-baik manusia di atas muka bumi pada zaman itu, beliau yang paling taat, paling zuhud, paling alim dan paling takut kepada Allah. Namun walaupun demikian, mereka meninggalkannya dan membiarkannya seorang diri. Padahal Ali telah memberikan hadiah-hadiah yang melimpah dan harta-harta yang banyak. Begitulah perlakuan mereka terhadap beliau, hingga beliau tidak ingin hidup lebih lama dan mengharapkan kematian. Karena banyaknya fitnah dan merebaknya pertumpahan darah. Beliau sering berkata, ” Apakah gerangan yang menahan peristiwa yang dinanti-nanti itu? Mengapa ia belum juga terbunuh?” Kemudian beliau berkata, “Demi Allah, aku akan mewarnai ini sembari menunjuk jenggot beliau- dari sini!” -sembari menunjuk kepala beliau-.54 Continue reading

Permanent link to this article: https://www.berilmu.com/blog/peristiwa-terbunuhnya-amirul-mukminin-ali-bin-abi-thalib-penulis-al-imam-al-hafizh-ibnu-katsir/

Peristiwa Terbunuhnya UTSMAN BIN AFFAN (Penulis: al-Imam al-Hafizh IBNU KATSIR)

Utsman bin Affan ra. telah menegaskan agar semua orang yang ada di dalam rumah beliau agar kembali ke rumah mereka masing-masing maka mereka pun pergi. Di saat tidak ada lagi orang yang bersama beliau kecuali keluarganya, para pemberontak masuk ke dalam rumah melalui pintu dan jendela. Lalu Utsman memulai mengerjakan shalat dan membaca surat Thaha dengan bacaan yang cepat sehingga beliau menyelesaikan bacaannya. Semen-tara orang-orang sedang berusaha masuk sehingga pintu dan atap ruangan tempat beliau terbakar. Mereka khawatir jika api menjalar ke Baitul Mai. Setelah Utsman menyelesaikan shalatnya, beliau duduk sambil memegang mushaf lalu membaca al-Qur’an pada ayat, “(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah SWT. dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘ Sesungguhnya manusia telah mengnmpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takntlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘ Cukuplah Allah SWT. menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (Ali Imran: 173). Continue reading

Permanent link to this article: https://www.berilmu.com/blog/peristiwa-terbunuhnya-utsman-bin-affan-penulis-al-imam-al-hafizh-ibnu-katsir/

Kisah terbunuhnya UMAR BIN KHATTAB (Penulis: al-Imam al-Hafizh IBNU KATSIR)

Ringkasnya, ketika Umar selesai melaksanakan ibadah haji pada tahun 23 H beliau sempat berdoa kepada Allah di Abthah, mengadu kepada Allah tentang usianya yang telah senja, kekuatannya telah melemah, sementara rakyatnya tersebar luas dan la takut tidak dapat menjalankan tugas dengan sempurna. Ia berdoa kepada Allah agar Allah mewafatkannya31 dan berdoa agar Allah memberikan syahadah (mati syahid) serta dimakamkan di negeri hijrah (yaitu Madinah, sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim bahwa Umar pernah berkata, “Ya Allah, aku bermohon kepadamu mendapatkan syahadah (mati syahid) di atas jalanMu dan wafat di tanah NabiMu.”32 Continue reading

Permanent link to this article: https://www.berilmu.com/blog/kisah-terbunuhnya-umar-bin-khattab-penulis-al-imam-al-hafizh-ibnu-katsir/

Usia dan Wafat ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ (Penulis: al-Imam al-Hafizh IBNU KATSIR)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata36, “Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari senin di malam hari, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib (malam selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya 8 hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selama 15 hari. Pada waktu itu Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin dalam shalat. Ketika sakit beliau menuliskan wasiatnya agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin al-Khaththab, dan yang menjadi juru tulis waktu itu adalah Utsman bin Affan, Setelah surat selesai segera dibacakan kepada segenap kaum muslimin, dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.37 Continue reading

Permanent link to this article: https://www.berilmu.com/blog/usia-dan-wafat-abu-bakar-ash-shiddiq-penulis-al-imam-al-hafizh-ibnu-katsir/

Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi

Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Makkah al Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia.

Riwayat

Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Makkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M) Awal berada di Makkah, Continue reading

Permanent link to this article: https://www.berilmu.com/blog/syeikh-ahmad-khatib-al-minangkabawi/

Fadak, Kisah Yang Tak Kunjung Berakhir

Ditulis pada Oktober 25, 2008 oleh haulasyiah

Alhamdulillah wash shalatu wassalamu ‘ala nabiyyina Muhammad, Wa ‘ala alihi wa man ittaba’a hudahu

Jika mendengar kata Fadak, yang terbetik pastilah sebuah kisah yang terjadi antara Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan sayyidah Fathimah. Kaum syi’ah yang demikian garangnya “membela” ahlul bait nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjadikan kisah ini sebagai bahan cemoohan atas khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, karena mereka menganggap beliau telah merampas hak kepemilikan tanah fadak dari sayyidah Fathimah dan menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Hal ini disebabkan, kisah-kisah yang mereka jadikan rujukan bersumber dari hadits-hadits yang tidak bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka selalu berpegang dengan hadits-hadits yang lemah atau pendapat yang ganjil. Berbeda dengan Ahlussunnah, yang telah Allah anugerahkan kepada mereka bashirah, dan ilmu pengetahuan, dengan penuh ketelitian dan kesabaran mereka memisahkan antara hadits yang shahih dan dh’aif atau maudhu’. Continue reading

Permanent link to this article: https://www.berilmu.com/blog/fadak-kisah-yang-tak-kunjung-berakhir/

Load more